ETIKA TERHADAP DIRI SENDIRI

Setiap manusia, Allah ciptakan di muka bumi ini sebagai Khalifah. Khalifah untuk dirinya sendiri, orang lain maupun kelompok.

Orang gagal, orang sukses diberikan waktu yang sama oleh Allah. Tetapi pernahkah kita merasa waktu yang diberikan itu membuat kita merasa kurang dan akhirnya menjadi alasan kegagalan diri ini?

Orang muslim meyakini bahwa kebahagiaannya di dunia dan akhirat sangatlah ditentukan oleh sejauh mana patuh dan berserah diri pada Allah. Segala aktifitas kita sehari-hari akan bernilai ibadah jika kita mampu mengatur waktu dengan baik. Hal tersebut tidak akan terlaksana jika tidak sesuai etika yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah saw.

Segala perilaku, sikap maupun niat yang dilakukan hakikatnya untuk mengharapkan Ridho-Nya. Tetapi ada kalanya seorang muslim itu merasa di atas saat sudah menggapai yang diharapkan maupun merasa di bawah saat merasa segala Do’a tidak pernah Allah wujudkan. Oleh karena itu, ada tiga ma’a nafsi (etika terhadap diri sendiri) yang patut kita laksanankan.

  1. Muraqabah yakni keyakinan hati bahwa kita (manusia) senantiasa diawasi, diketahui, dan diperhatikan oleh Allah.
  2. Muhasabah yakni proses introspeksi dirinya sendiri.
  3. Mujahadah yakni upaya kerja keras untuk meraih yang dicita-citakan. Sebagai Khalifah dimuka bumi ini, kita sudah sepantasnya menanamkan dalam hati kita untuk muraqabah. Dengan begitu, saat kita akan melakukan dosa, khilaf, curang, perbuatan negatif lainnya ada tameng yang cukup sulit untuk dilabrak sehingga pada akhirnya pupus sudah tidak dilakukan.

Apalagi saat Allah memerikan ujian atau masalah pada kita, kitanya mengeluh saja pada teman, keluarga di depan orang lain, bagaimana Allah akan membantu menyelesaikan masalah kita? Kuncinya adalah Muhasabah.

Apa saja amal sholeh yang telah kita laksanakan? Apakah ada kesalahan yang pernah diperbuat ketika berupaya dalam kebaikan?

Jika jawaban pertanyaan pertama bernilai positif, maka konsinten dan dapat ditingkatan besok dan hari-hari selanjutnya. Tetapi, jika jawabannya negatif maka kita harus benar-benar merancang amal sholeh untuk diupayakan di esok hari.

Jika jawaban pertanyaan kedua positif, hendaknya kita bertaubat dan berjanji untuk tidak mengulanginya lagi. Tetapi, jika jawabannya negatif, kita harus mempertahankannya sehingga kesalahan sekecil apapun tidak sampai dan hinggap dalam hidup kita.

Saat kita membuat strategi Muraqabah yang dinyatakan dengan Mujahadah, maka adab selanjutnya melakukan Muhasabah (introspeksi diri/evaluasi). Perjuangan yang telah dilakukan hendaknya dievaluasi dengan konsisten.

Mari kita renungkan bersama agar kita bisa yakin dalam bermujahadah sehingga Allah dapat membantu kita menggapai impian penuh dengan ke ridhoanNya..

Wallahu’alam Bishowab..

Artikel Lainnya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *